Pada masa ke Kholifahan Bani Umayyah banyak para Khotib melakukan cacian di mimbar Jumat terhadap Sayidina Ali dan itu sudah menjadi tradisi selama puluhan tahun. Terutama pada era ke Kholifahan Yazid dan setelahnya yang menampakkan kebencian secara terang-terangan.
Ada seorang Ulama' yang meminta kepada salah satu Kholifah Bani Umayyah yang bernama Abdul Malik (Kholifah ke 5) agar menghentikan tradisi tersebut dengan menceritakan keutamaan Sayidina Ali di masjid Damaskus. Abdul Malik memerintahkan supaya lidah ulama itu dipotong dan berkata, “Aneh! Sampai sekarang orang-orang belum melupakannya!”. Bekaitan dengan peristiwa itu, syair tentang Sayidina Ali tercipta: Di atas mimbar mereka mencacinya, Padahal dengan pedangnya, mimbar ditegakkan.
Di antara anak-anak atau pemuda yang mengalami masa seperti itu adalah Umar bin Abdul Aziz (beliau adalah cicit Sayyidina Umar). Kholifah yang sangat terkenal baik dari golongan Kholifah Bani Umayyah. Beliau pernah berkisah ketika masih muda, saya belajar Alquran kepada salah seorang keluarga Utbah bin Masud. Suatu hari ketika sedang bermain dengan teman-teman, kami melaknat Sayyidina Ali r.a. Ternyata Guruku yang kebetulan lewat di tempat kami bermain tidak menghendaki pelaknatan tersebut.
Beliau kemudian masuk ke masjid. Saya pun meninggalkan teman-teman dan masuk ke masjid untuk belajar kepada guruku. Tapi ketika saya datang, beliau berdiri untuk melaksanakan sholat. Beliau memanjangkan sholatnya, seakan-akan disengaja. Saya merasakan sekali hal itu. Selesai sholat beliau langsung menampakkan wajah muram kepadaku. Saya bertanya, “Apa yang terjadi, wahai guru?” “Anakku, engkau melaknat Ali?” tanyanya. “Ya.” Guruku bertanya lagi, “Sejak kapan engkau tahu bahwa Allah membenci pahlawan Badr setelah meridloi mereka?” Saya bertanya, “Guru, apakah Ali termasuk pahlawan Badr?” “Benar,” jawab guruku. “Aku berjanji tidak akan mengulanginya lagi.”
Lalu aku berjanji kepada Alloh, jika aku bernasib baik dan menjadi kholifah, aku akan merubah ungkapan laknat itu. Hingga akhirnya, benar-benar terjadi bahwa Umar bin Abdul Aziz menjadi kholifah. Ia memikirkan cara bagaimana melarang cacian dan laknat terhadap Sayidina Ali dan untuk mendorong para Ulama besar mengeluarkan fatwa pengharamannya.
Umar pun memiliki cara cerdik dan jitu untuk mengakhiri cacian terhadap Sayidina Ali. Diam-diam dia memanggil seorang dokter Yahudi yang bernama Ibnu Hakkhan dan mengatakan kepadanya, “Saya akan mengundang Ulama dalam sebuah majelis dan engkau harus ikut. Saya minta kamu pura-pura untuk meminang putriku. Kemudian aku akan mengatakan bahwa dalam Islam, wanita muslimah tidak boleh menikah dengan laki-laki kafir. Nanti kamu harus jawab, ‘Mengapa Ali yang kafir menjadi menantu Nabi?’ Saya akan mengatakan bahwa Ali tidak kafir. Lalu kamu bantah, ‘Jika Ali tidak kafir mengapa kalian melaknatnya, padahal mencaci dan melaknat seorang muslim tidak diperbolehkan?’ Setelah itu, aku yang akan turun tangan.”
Majelis itu pun diselenggarakan. Para undangan hadir, mulai dari tokoh masyarakat, pembesar Bani Umayyah dan para ulama, termasuk dokter Yahudi itu. Setelah siap, dokter itupun mengatakan ingin meminang putra Umar bin Abdul Aziz. Semua rencana berjalan lancar sampai ketika dokter Yahudi berkata, “Kalau Ali bukan kafir, mengapa kalian melaknatnya?” Saat itu, seluruh yang hadir menundukkan kepalanya karena merasa malu.
Umar langsung memanfaatkan kesempatan itu dan mengatakan kepada hadirin, “Jujurlah kalian. Mungkinkah menantu Rasul yang punya keutamaan begitu banyak merupakan orang terlaknat?” Akhirnya, di majelis itu Umar bin Abdul Aziz menepati janjinya yang terdahulu. Umar memberlakukan larangan mencaci dan melaknat Sayyidina Ali bin Abi Tholib dan mengganti ucapan laknat itu menjadi ayat yang selalu dibaca para khotib Jumat:
إن الله يأمر بالعدل والإحسان. وإيتاء ذي القربى وينهى عن الفحشاء والمنكر والبغي يغظكم لعلكم تذكرون
Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.
Dan juga sebuah kalimat khotbah yang sekarang ini sudah jarang dibaca para Khotib Jumat yaitu :
وارض اللهم عن الخلفاء الراشدين، أبي بكر وعمر وعثمان وعلي، وعن سائر أصحاب نبيك أجمعين، وعن التابعين ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين..

Axact

Kicau

اُنْظُرْ مَا قَالَ وَلَا تَنْظُرْ مَنْ قَالَ .

Post A Comment:

0 comments: